Loading

Informasi WBTb

Tingkatan Data : -
Tahun pendataan : 24 September 2025
Tahun verifikasi dan validasi : 24 September 2025
Tahun penetapan : 24 September 2025
Sebaran kabupaten/kota : Kota Langsa.
Entitas kebudayaan : WBTB
Domain WBTb UNESCO : Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Kategori WBTb UNESCO : -
Nama objek OPK : -

Identitas Warisan Budaya Takbenda

Wilayah atau level administrasi : Provinsi
Kondisi sekarang : Masih Bertahan

Alamat Warisan Budaya Takbenda

Kabupaten/Kota : Kota Langsa

Deskripsi Warisan Budaya Takbenda

Updaya pelestarian : pengembangan, pemanfaatan, perlindungan
Referensi : https://app.dapobud.kemenbud.go.id/rekomendasi/wbtb/

Penerimaan Formulir Warisan Budaya Takbenda

Tanggal penerimaan formulir : -
Tempat penerimaan formulir : -
Nama petugas penerimaan formulir : -

Nama Lembaya Budaya

Nama lembaga : -

Nama SDM Kebudayaan

Nama lembaga : -

Deskripsi Singkat

WBTb

Nama Lainnya : Peuphon Kitab

Tradisi Peuphon Kitab di Kota Langsa adalah salah satu tradisi yang sangat mendalam dan penting dalam kehidupan masyarakat Kota Langsa, terutama dalam konteks pendidikan agama. Secara harfiah, Peuphon Kitab dapat diterjemahkan sebagai " Permulaan membaca kitab”, atau dengan kata lain “ Ibda’ Kitab “ Peuphon Kitab dilakukan dalam bentuk Tradisi cok beurkat (mengambil keberkahan), Ada banyak cara merealisasikan cok beurkat, mengambil keberkahan pada alim ulama. sima' dan talaqqi langsung pada alim ulama ketika hendak memulai kitab yang akan diajarkan, Tradisi ini sering di lakukan di dayah (pesantren) atau di lingkungan masyarakat Aceh, khususnya Kota Langsa karena pendidikan agama Islam di daerah ini sangat terikat dengan dayah atau pesantren, yang memiliki peran besar dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam di Aceh. Peuphon kitab tidak hanya sebagai proses pendidikan tetapi juga sebagai tradisi spiritual yang menghubungkan umat dengan pemahaman lebih dalam terhadap ajaran Islam. Tradisi Peuphon Kitab biasanya dilaksanakan dalam beberapa bentuk kegiatan: 1. Pembacaan Kitab Secara Bersama: Dalam tradisi ini, pembacaan kitab dilakukan oleh seorang guru atau ulama yang diikuti oleh murid-murid atau santri. Biasanya, mereka duduk bersama dalam satu ruangan, dan guru akan membacakan bagian dari kitab yang sedang dipelajari. Murid-murid mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama. Spiritualitas Masyarakat: Tradisi ini juga memperkuat ikatan spiritual antara guru, santri, dan masyarakat. Setiap pembacaan kitab sering kali dipandang sebagai bentuk ibadah, sehingga masyarakat di Kota Langsa merasa semakin dekat dengan agama. 3. Penerusan Nilai-Nilai Agama: Melalui tradisi ini, nilai-nilai Islam diteruskan dari generasi ke generasi, menjaga agar masyarakat tetap pada prinsip-prinsip ajaran agama yang kuat. 4. Meningkatkan Penghormatan terhadap Ilmu dan Guru: Dalam tradisi ini, ada rasa hormat yang tinggi terhadap kitab-kitab kuno dan guru yang menyampaikannya. Pembacaan bersama di dayah menciptakan suasana yang penuh kekhusyukan dan penghormatan terhadap ilmu, serta hubungan yang erat antara guru dan murid. Guru dalam tradisi Peuphon Kitab berperan sangat besar. Tidak hanya sebagai pengajar yang membacakan kitab, tetapi juga sebagai penafsir dan pembimbing yang membantu santri memahami konteks dan makna yang terkandung dalam kitab tersebut. Tanpa penjelasan dari guru, pembacaan kitab kuno bisa jadi sulit dipahami, mengingat banyaknya istilah dan bahasa yang digunakan dalam kitab-kitab tersebut.