Tingkatan Data | : | - |
Tahun pendataan | : | 24 September 2025 |
Tahun verifikasi dan validasi | : | 24 September 2025 |
Tahun penetapan | : | 24 September 2025 |
Sebaran kabupaten/kota | : | Kabupaten Pidie Jaya. |
Entitas kebudayaan | : | WBTB |
Domain WBTb UNESCO | : | Seni Pertunjukan |
Kategori WBTb UNESCO | : | Seni Pertunjukan |
Nama objek OPK | : | Rateb Meuseukat |
Wilayah atau level administrasi | : | Provinsi |
Kondisi sekarang | : | Terancam Punah |
Kabupaten/Kota | : | Kabupaten Nagan Raya |
Updaya pelestarian | : | - |
Referensi | : | - |
Tanggal penerimaan formulir | : | - |
Tempat penerimaan formulir | : | - |
Nama petugas penerimaan formulir | : | - |
Nama lembaga | : | - |
Nama lembaga | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Rateb Meuseukat
Tari Rateb Meuseukat berasal dari Bahasa Arab yaitu "rateb" asal kata "ratib/zikir" yang artinya ibadah. Sedangkan Meuseukat berasal dari kata "sakat" yang berarti diam. Jadi sebelum dilaksanakannya rateb meuseukat ini ibu-ibu harus terlebih dahulu berwudhu serta berpakaian muslimah, kemudian mereka baru membentuk barisan untuk duduk menampilkan gerakan rateb meuseukat. Rateb meuseukat ini syair-syairnya khusus berisikan dakwah tentang agama islam sebagai contoh : “Bismillah awai loen peuphoen Loen tun turon asai bak mula Lon tun tuhon bak Muhammad Neu peutren bak umat mandum syiar agama“ kemudian masih ada banyak lagi syiar-syiar lainnya yang bersifat mengajak kaum muslimin untuk melakukan amal maqruf nahi mungkar. Tari Rateb meuseukat ini sudah lahir sebelum Indonesia Merdeka, yang berasal dari Gampong Kila Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya dan berkembang di pesisir Pantai Barat Selatan yang mana Gerakan dalam tarian ini diciptakan oleh anak Teungku Abdurrahim alias Habib Seunagan (Nagan Raya) yang Bernama Cutnih Kila (Tgk Nih Kila) pada abad ke-19. Beliaulah yang pertama kali mengajak kaum perempuan untuk melaksanakan meurateb (zikir) dengan tujuan menyiarkan agama islam. Pada awalnya, tarian Rateb Meuseukat dimainkan sesudah mengaji atau pelajaran agama saat malam hari. Tarian ini juga sebagai salah satu media penyebaran agama Islam atau media dakwah. Kemudian, tarian ini berkembang pesat salah satunya dipertunjukkan dalam upacara keagamaan dan hari-hari besar dan upacara pernikahan, bahkan ada rateb meuseukat yang di anggap untuk melepaskan nazar pada hari-hari besar islam. Tari Rateb Meuseukat memiliki keunikan sendiri dibandingkan dengan tarian tradisional lainnya. Tarian ini tidak menggunakan alat musik sebagai media pengiringnya, melainkan menggunakan vokal yang dibawakan syahi dan anggota tubuh penari menjadi alat musiknya. Tarian ini menyajikan sebuah gerakan seirama menggambarkan kekompakan, keuletan, kebersamaan, kekuatan, dan juga keselarasan. Tak hanya itu, busana yang digunakan oleh para penari pun juga terlihat begitu mewah, dengan balutan motif-motif khas Aceh. Banyak orang masih menganggap tarian ini adalah Tari Saman. Padahal, Tari Rateb Meuseukat sendiri dibawakan dalam bahasa Aceh. Syair Tari Meuseukat memiliki isi dan kandungan yang kental dengan ajaran agama Islam. Terdapat sanjungan dan pujian kepada Allah SWT dan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW. Tarian ini biasa dimainkan oleh wanita berjumlah mulai dari 6 sampai 12 orang penari. Ditambah dengan 2 orang yang berperan sebagai pelantun syair menggunakan Bahasa Aceh. Eksistensi Tari Rateb Meuseukat ini berjalan beriringan dengan perkembangan Masyarakat sehingga rateb meuseukat yang berkembang sekarang ini sudah banyak perubahan baik dari segi pakaian, gerakan, nada irama maupun syair-syairnya. Sehingga rateb meuseukat yang asli sudah di anggap ketinggalan zaman dan terancam hampir punah.