Tingkatan Data | : | - |
Tahun pendataan | : | 24 September 2025 |
Tahun verifikasi dan validasi | : | 24 September 2025 |
Tahun penetapan | : | 24 September 2025 |
Sebaran kabupaten/kota | : | Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Pidie Jaya. |
Entitas kebudayaan | : | WBTB |
Domain WBTb UNESCO | : | Ketrampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional |
Kategori WBTb UNESCO | : | - |
Nama objek OPK | : | - |
Wilayah atau level administrasi | : | Provinsi |
Kondisi sekarang | : | Sudah Berkurang |
Kabupaten/Kota | : | Kabupaten Aceh Barat |
Updaya pelestarian | : | pengembangan, pemanfaatan, perlindungan |
Referensi | : | https://app.dapobud.kemenbud.go.id/rekomendasi/wbtb/ |
Tanggal penerimaan formulir | : | - |
Tempat penerimaan formulir | : | - |
Nama petugas penerimaan formulir | : | - |
Nama lembaga | : | - |
Nama lembaga | : | - |
WBTb
Nama Lainnya : Sulubayung (Awan Sie Oen)
Sulubayung merupakan motif tradisi yang berkembang di wilayah Aceh Barat. Motif ini merupakan salah satu unsur dalam kemajuan nilai budaya dan tradisi. Motif ini lahir dari sebuah kemahiran tradisional serta imajinasi nilai–nilai budaya yang terkandung. Asal–usul motif sulubayungberakara dari unsur alam yaitu tumbuhan pakis/ paku serta awan–awan. Pada konsep hiasan ini terkandung makna atau arti hubungan erat antara manusia, kebesaran jiwa dan kehalusan budi pekerti, kebersamaan dan kesatuan dalam bermasyarakat serta gotong royang dalam menjaga keakraban. Hal ini digambarkan dengan bentuk motif yang menyatu seperti awan saling terhubung dan lengkungan seperti daun pakis/paku. Motif sulubayung sering digunakan dalam beberapa keahlian seperti sulaman benang kasab, kerajinan logam (utoh), kerajinan pahatan kayu, pakaian tradisional/ adat, serta penggunaan lainnya yang bersifat estetika dalam lingkup kebudayaan. Seiring perkembangan zaman, penggunaan motif sulubayung ini mengalami perubahan dimana motif dasar sudah sangat jarang digunakan melainkan banyaknya penggunakan motif turunan sulubayung hasil kreasi dari para pelaku tradisi tersebut. Ada beberapa motif hasil turunan/kreasi kombinasi dari sulubayung yang dipakai dalam beberapa karya yaitu awan meupucoek, ukee batee siblah/duablah, bungong awan, awan meucaneek, serta awan meuikoet. Penelitian yang dilakukan mengambil sample dari dua gampong di Kecamatan Samatiga yaitu Gampong Cot serta Gampong Teungoh (narasumber ibu Nina/pengrajin kasab dan ibu Yusnidar/ pelukis motif tradisional), dan gampong yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan yaitu gampong Gampa (narasumber/maestro ibu Rosmiani/pemilik dekorasi dan pakaian tradisional). Alasan dipilihnya daerah ini yaitu tempat berlangsungnya kegiatan ketrampilan tradisional ini serta domisili dari narasumber tersebut. Maestro awal dalam penciptaan dan pengembangan motif sulubayung saat ini sudah tidak ada lagi, dan ahli waris ketika diwawancara tidak memiliki bekas peninggalan arsip maupun karyanya. Mereka yang tercatat sebagai pengembang motif ini adalah Nek Syung Ubit, Nek Hasanah, dan Nek Jeumpa. Motif sulubayung juga sering disebut motif awan sie oen ini merujuk pada buku KEMANA, APA, SIAPA, DI ACEH BARAT ( Teuku dadek dkk : 2014 ). Nama sulubayung sendiri lebih populer dari pada awan sie oen dalam pengucapan karya. Menurut sejara, penciptaan motif ini sudah berlangsung puluhan tahun serta sulit untuk menentukan kapan waktu yang jelasnya dikarenakan motif ini warisan turun menurun atau budaya tradisi yang dilakukan dalam kurun waktu yang lama. Dalam menerapkan motif sulubayung ini, keahlian yang harus dikuasai yaitu kerapian, detail dalam pelukisan, serta inovasi dalam menghasilkan karya dari motif sulubayung ini. Tak jarang pelukis atau pengrajin motif ini berasal dari turun menurun keluarga mereka. Pentingnya motif ini bagi masyarakat Aceh Barat dikarenakan disetiap momen ataupun karya selalu menggunakan motif ini. Salah satu contohnya pada pelaminan tradisional, ukiran pintu angin rumah tradisional, perhiasan tradisional, serta pakaian adat/ tradisional. Motif Sulubayung